BONTANG NGANGSU KAWERUH KE BSIP JATIM DAN KOSAGRHA LESTARI PERIHAL PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
Pada pertengahan tahun 2024, usia BSIP Jawa Timur belum genap dua tahun, sebagai lembaga penerapan standar instrumen pertanian yang semula adalah lembaga penelitian, pengkajian dan pengembangan pertanian (Balitbangtan). Dalam usianya yang belia, BPSIP Jatim yang dipimpin oleh Dr. Atekan, SP., MSi., telah mampu menciptakan brand image dengan mendapatkan kepercayaan berkerjasama dengan PT. Media Mitra Strategis (MMS), Jakarta. Lembaga tersebut bergerak di bidang peningkatan kapasitas Sumberdaya Manusia (SDM). Kepercayaan yang diberikan oleh lembaga tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan narasumber profesional serta sebagai tempat, ruang kelas penyelenggaraan kegiatan peningkatan kapasitas SDM.
Kerjasama perdana PT. MMS yang dikoordinir oleh Wisnu Anggoro bersama BSIP Jatim adalah menyelenggarakan bimbingan teknis (Bimtek) bagi para tokoh dan kader dari Kelurahan Kanaan Bontang, Kalimantan Timur. Sebanyak 25 orang peserta dari tokoh masyarakat dan 5 orang petugas pendamping (Lurah dan Ketua RT) dari Kelurahan Kanaan, Bontang hadir pada tanggal 29 Juni 2024 untuk “Ngangsu Kaweruh”, dengan menimba ilmu di BSIP Jatim. Materi yang mereka butuhkan adalah tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Untuk Media Tanam Urban Farming yang ada di kota Surabaya. Atas dasar tersebut Kepala BSIP Jawa Timur, Dr. Atekan, SP., MSi., menugaskan staffnya yang berada di Laboratorium Diseminasi Wonocolo Surabaya. Staff yang dimaksud adalah Ir. Tini Siniati Koesno, MSi, yang memiliki kompetensi di bidang tersebut. Beliau juga sering menjalankan tugas penjurian Lomba, yang hampir setiap tahun diselenggarakan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, misal Surabaya Urban Farming Competition.
Pada awal pemaparan materi oleh narasumber, ditekankan kepada peserta bahwa dalam Issue Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang terpenting adalah dimulai dari menyadarkan diri sendiri sebagai sumber sampah, terhadap pentingnya menjaga lingkungan bersih dan sehat. Kemudian beberapa pointers mendiskusikan tentang issue Ketersediaan Pangan Bergizi, Seimbang, Cukup, Lancar distribusi dan Berkelanjutan untuk 278 jiwa; Hidup Sehat menuntut Kesehatan Lingkungan, serta Menekan Stunting. Di sisi lain, dihadapkan pada masalah Luas Lahan Pertanian Terus Menyusut, Lahan Sempit di Perkotaan dan ditambah lagi dengan Kualitas Sumberdaya Lahan Menurun akibat Praktik Pertanian yang mengabaikan Norma Standar yang telah ditetapkan Kementerian Pertanian RI. Hal ini juga diperparah lagi dengan adanya pengurangan dan pembatasan pupuk bersubsidi, menjadikan harga pupuk tinggi. Kemudian apa relevansinya dengan sampah rumah tangga?!
Relevansinya dengan sampah rumah tangga adalah bahwasanya sampah rumah tanggga, utamanya sampah organik itu sebagai sumberdaya alternatif bahan baku dalam pembuatan pupuk organik. Perlu diketahui bahwa peran bahan organik dalam tanah adalah untuk perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Manakala diaplikasikan secara rutin, maka pada aplikasi pemupukan berimbang, maka tanah dapat menyediakan unsur hara tanaman secara optimal. Selanjutnya untuk kota-kota besar seperti Surabaya, sampah organik rumah tangga diurai, menjadi pupuk organik padat maupun cair. Pupuk organik padat tersebut dapat digunakan untuk media tanam pada urban farming. Hal ini sangat membantu secara ekonomis, mengingat media tanam tanah di perkotaan untuk urban farming, biasanya dibeli. Mengingat halaman pekarangan rumah diperkotaan sempit dan sarat dengan batu beton dan pavingan.
Melalui pengomposan sampah organik rumah tangga di perkotaan, akan sangat membantu berkontribusi dalam penyediaan pangan dalam usaha pertanian urban farming.
Pada awal pembukaan bimtek tersebut, Kepala Balai, Dr. Atekan, SP., MSi. juga berkesempatan memberikan sambutan dan ucapan selamat datang kepada 30 orang peserta tersebut. Beberapa pesan yang disampaikan yaitu: “Agar materi yang disampaikan oleh narasumber bisa diserap dengan baik. Kemudian nanti akan dilanjutkan dengan studi lapangan untuk melihat secara langsung terkait dengan bagaimana pengolahan sampah rumah tangga, dijadikan sebagai pupuk organik, di Kelompok Urban Farming Kosagrha Lestari. Di lokasi ini menampilkan lengkap sebuah contoh sebagai konsep pengembangan urban farming yang bisa direplikasikan di Bontang. “Kami berharap mudah-mudahan dari hasil bimtek ini dapat dietrapkan dan dikembangkan ke kampung halaman masing-masing.” Harapannya adalah bahwa pekarangan rumah tangga yang ada di masing-masing peserta didik nanti bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam penyediaan kebutuhan akan tanaman mungkin sayur-sayuran, minimal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Selanjutnya beliau juga menekankan bahwa pemanfaatan pekarangan bisa diintegrasikan dengan ternak unggas dengan memelihara 5 sampai 10 ekor. BPSIP Jawa Timur mempunyai beberapa unit usaha pengembangan ayam kampung unggul (KUB). Ayam KUB mempunyai beberapa keunggulan salah satunya adalah produksi telurnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam kampung biasa hanya 120 butir per ekor per tahun. Kalau ayam KUB dapat memproduksi telur sampai 200 butir per ekor per tahun, disamping itu sifat mengeramnya rendah.
Sebagai akhir kata, Kepala Balai berpesan agar kembali ke lokasi masing-masing mempunyai semangat baru untuk bisa mengembangkan terkait dengan pertanian dalam konsep Urban Farming . (TSK)