SEKOLAH LAPANG JADI LINTASAN JALAN PETANI NGANJUK PERTAHANKAN PRESTASI JATIM
Luas panen kedelai di kabupaten Nganjuk terus mengalami peningkatan dari 2.682 ha di tahun 2021, menjadi 3.483 ha (29,86 %) di tahun 2022 dan meningkat lagi menjadi 4.233 ha di tahun 2023 atau setara dengan peningkatan 57,83%. Tentu meningkatnya luas panen akan diikuti dengan peningkatan produksi kedelai. Tercatat di tahun 2021 diperoleh produksi 54 .743,00 kw, tahun 2022 meningkat menjadi 70. 657,28 (29,07%); dan di tahun 2023 meningkat lagi menjadi 86. 481,10 atau setara dengan peningkatan produksi 57,97%. Ini adalah prestasi luar biasa yang dicapai oleh Kabupaten Nganjuk dalam tiga tahun terakhir tersebut. Untuk pertahankan prestasi Jatim sebagai pusat pengembangan kedelai nasional, capaian peningkatan luas panen dan produksi kedelai tersebut perlu ditingkatkan lagi.
Untuk tujuan tersebut, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Jawa Timur menyusun strategi dengan mengisi kompetensi kinerja petani dalam budidaya kedelai. Utamanya mengisi kompetensi dalam pengelolaan tanaman kedelai yang baik dan benar sesuai agrostandar (Good Agricultural Practices atau GAP), melalui sekolah lapang (SL). Lokasi terpilih untuk penyelenggaraan SL-GAP Kedelai yaitu di Poktan Tani Makmur, Desa Warungotok, Kecamatan Nganjuk. Tepatnya di lahan Petani Kooperator: Ariyadi, Adiyono dan Warsimun masing-masing 0,5 hektar, jadi total untuk kelas belajar 1,5 hektar.
Sekolah lapang biasanya dilaksanakan melalui beberapa kali pertemuan kelas belajar nyata di lahan usahatani selama satu musim tanam. Kegiatannya mulai dari pemilihan VUB benih, persiapan, tanam, pemeliharaan, panen dan penanganan panen, yang kesemuanya mengikuti kaidah GAP. Hal ini penting diberikan ke petani, mengingat selama ini petani menanam kedelai disebar begitu saja, tanpa perawatan yang intensif, lalu ditinggal begitu saja, kenudian dipanen pada saatnya. Maka tak heran bila petani memperoleh hasil dibawah rerata potensi dari benih yang ditanam, yakni sekitar 1 hingga 1,5 ton/ha. Padahal manakala menanam bibit yang baik dan tanaman dirawat dengan baik sesuai GAP, niscaya akan memperoleh hasil bisa mencapai 2 ton/ha, bahkan lebih.
Untuk pelaksanaan SL-GAP Kedelai di Kabupaten Nganjuk sebagai persiapan sudah dimulai sejak awal Juli 2024. Pada tanggal 29 Juli 2024 adalah penyajian materi SL-GAP Kedelai, dan dilanjutkan dengan tanam yang dijadwalkan tanggal 5 Agustus 2024. Diperkirakan kegiatan akan berakhir pada waktu panen yaitu pertengahan Oktober 2024. Dalam pengisian materi SL-GAP kedelai, DPKP Jawa Timur bersinergi dengan berbagai pihak. Salah satunya yaitu dengan BSIP Jawa Timur yang memiliki tenaga kompeten dalam menyajikan GAP Kedelai. Pada kesempatan tersebut, Plh. Kepala BSIP Jatim, Putu Daironi, SP, MSi., menugaskan staf fungsional Ir. Tini Siniati Koesno, MSi., untuk terlibat kegiatan tersebut, sebagai narasumber dan pada persiapan tanam. Demikian dengan penyediaan benih kedelai bekerjasama dengan BSIP Tanaman Aneka Kacang (BSIP TAKA). Benih yang ditanam adalah VUB Kedelai: Argomulyo, Derap-1 dan Detap_1, semuanya label putih, karena untuk penyediaan benih pada musim tanam berikutnya.
Mengingat di tahun 2024, musim hujannya mundur, sehingga tanam padipun juga mengikuti mundur dari biasanya. Hal ini mengakibatkan panen padipun baru berakhir pada minggu ke empat bulan Juli. Tanam kedelaipun baru bisa dimulai awal Agustus. Ini yang menjadikan kekawatiran petani akan kekurangan air tanah. Namun demikian, telah dibahas bersama antara petani peserta SL GAP Kedelai, Narasumber BSIP Jatim, Dinas Pertanian KP Jatim, Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk, POPT dan Penyuluh Koordinator dan Pendamping yang hadir saat itu. Upaya yang akan dilakukan adalah bekerjasama dengan organisasi penyedia air tanah (P2AT), yakni terdapat sumber air sekitar satu kilometer dari lahan SL-GAP. Selama pertumbuhan tanaman kedelai hingga panen, membutuhkan sekitar empat hingga lima kali pengairan yakni saat tanam; awal pertumbuhan 15-21 hari; saat pembentukan bunga 25-35 hari dan pengisian polong 50-70 hari.
Semoga langkah strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur yang bersinergi dengan BSIP Jatim, BSIP TAKA, Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk, Kelompok Tani dan unsur pendukung lainnya akan membuahkan hasil. Jawa Timur akan tetap sebagai pusat pengembangan Kedelai Nasional dan berharap dapat berkontribusi secara nasional lebih dari yang dicapai sekarang, yaitu 44 %, Smoga bisa ! (TSK)